Thursday 9 February 2012

RAHSIA AYAH DAN IBU

Ayah dan  ibu sudah menikah 30 tahun dan Mikail tidak pernah melihat mereka bertengkar. 

Bagi Mikail, perkawinan ayah dan ibu menjadi teladan baginya.

Setelah menikah, dia dan isterinya sering bertengkar kerana hal-hal kecil.

Ketika pulang kerumah ayahnya, Mikail menuturkan keluhannya pada ayahnya.

Ayahnya mendengarkan kemudian masuk, keluar dgn mengusung buku-buku dan  ditumpuknya di depan Mikail.

Sebahagian buku sudah kuning, kelihatannya sudah disimpan lama. Dengan penuh rasa ingin tahu Mikail mengambil satu buku itu. Tulisannya benar tulisan ayahnya, agak senget dan  aneh, ada yang jelas, ada yang kabur, bahkan ada yang tulisannya sampai menembusi beberapa halaman. Mikail membaca halaman-halaman  buku itu.

Semuanya merupakan catatan hal2 kecil, “Suhu udara berubah jadi dingin, dia mula mengambil baju sejuk untukku. Anak-anak berbisik, untung ada dia.” Semua itu catatan kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, cinta ibu kepada anak-anak dan keluarga.

Matanya berlinang air mata. Mikail mengangkat kepala, dengan haru dia berkata pada ayahnya, “Ayah, saya sangat kagum pada ayah dan ibu.”

Ayahnya berkata, “Tidak perlu kagum, kamu juga boleh.” Ayah berkata lagi, “Menjadi suami isteri selama puluhan tahun, tdk mungkin menghindari pertengkaran.
Ibumu kalau kesal, suka cari pasal, melepaskan kemarahannya dan berleter.
Dalam buku aku tuliskan yang  telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Seringkali hatiku penuh amarah waktu menulis, kertasnya sampai koyak, tembus oleh pen. Tapi aku terus menulis semua kebaikannya. Aku renungkan, akhirnya emosi itu lenyap, yang tinggal semuanya kebaikan ibumu."

No comments:

Post a Comment